Konstruksi Verba Beruntun Bahasa Melayu Klasik: Kajian Sintaktis dan Semantis


Oleh : I Made Madia
dibuat pada : 2017
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Ilmu Linguistik

Kata Kunci :
konstruksi verba beruntun, konstruksi verba serial, konstruksi klausa kompleks

Abstrak :
Konstruksi verba beruntun (KVB) di dalam disertasi ini didefinisikan sebagai keberadaan (minimal) dua verba di dalam satu konstruksi tanpa kehadiran konjungtor sebagai penghubung dan penanda jeda (tanda koma). Secara sintaktis, KVB dapat berupa konstruksi verba1+verba2 (V1+V2) dan konstruksi verba1+X+verba2 (V1+X+V2). Lambang X berarti adanya konstituen kebahasaan di antara V1 dan V2, kecuali konjungtor dan penanda jeda (tanda koma). Kajian KVB bahasa Melayu klasik (BMK) bertujuan (i) mendeskripsikan secara sintaktis data KVB, (ii) menganalisis KVB yang berupa konstruksi verba serial (KVS), dan (iii) menganalisis KVB yang berupa konstruksi berklausa kompleks/konstruksi klausa kompleks (KKK). Dengan teori tipologi, KVB V1+V2 pada umumnya merupakan konstruksi verba serial (KVS). Secara sintaktis KVS bahasa Melayu klasik (BMK) memiliki pola urutan (i) intransitif-intransitif, (ii) intransitif-transitif, (iii) transitif-intransitif, dan (iv) transitif-transitif. Berdasarkan relasi semantis antarverba pembentuk KVS, KVS BMK dapat dibedakan menjadi delapan jenis: (i) KVS yang menyatakan tujuan, (ii) KVS yang menyatakan kecaraan, (iii) KVS yang menyatakan kausatif, (iv) KVS yang menyatakan benefaktif, (v) KVS yang menyatakan instrumental, (vi) KVS yang menyatakan aspektual, (vii) KVS yang menyatakan lokatif, dan (viii) KVS yang menyatakan sinonim-antonim. Dengan teori tata bahasa tranformasi, KVB V1+X+V2 pada umumnya merupakan KKK. KKK dibedakan atas KKK yang klausa-klausanya berhubungan secara koordinatif dan KKK yang klausa-klausanya berhubungan secara subordinatif. KKK subordinatif dikelompokkan atas tiga jenis: KKK yang klausa bawahannya berupa klausa komplemen, KKK yang klausa bawahannya berupa klausa relatif, dan KKK yang klausa bawahannya berupa klausa adverbial. KKK koordinatif secara semantis hanya memiliki satu jenis hubungan semantis antarklausa, yakni hubungan semantis yang menyatakan hubungan penjumlahan yang mencakupi hubungan waktu bersamaan dan berurutan. KKK yang berklausa komplemen secara semantis dapat digolongkan menjadi dua: (i) KKK yang klausa komplemennya berfungsi menjelaskan pernyataan pada klausa matriks, dan (ii) KKK yang klausa komplemennya berfungsi menyatakan tujuan atau harapan dari pernyataan pada klausa matriks. Kedua jenis klausa komplemen ini secara sintaktis hanya berada di bawah penguasaan FV klausa matriks. KKK yang berklausa relatif secara semantis berfungsi mewatasi. Secara sintaktis klausa relatif pada KKK ini berpola FN+FV. FN merupakan hulu/inti dan FV berfungsi mewatasi FN hulu itu. Klausa relatif ini dapat menduduki argumen inti FN subjek dan FN objek. KKK yang berklausa adverbial secara semantis teridentifikasi memiliki lima tipe hubungan semantis: (i) hubungan tujuan/harapan, (ii) hubungan sebab-akibat, (iii) hubungan cara, (iv) hubungan waktu bersamaan, dan (v) hubungan alat. Secara sintaktis klausa adverbial ini merupakan argumen noninti.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya