Pemertahanan Agama Hindu di Desa Adat Kuta sebagai Representasi Kampung Global


Oleh : Drs. I Gede Rudia Adiputra, M.Ag.
dibuat pada : 2017
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Kajian Budaya

Kata Kunci :
pemertahanan, agama Hindu, Desa Adat Kuta

Abstrak :
ABSTRAK Kepadatan dan keheterogenan penduduk (pawongan) Desa Adat Kuta diakibatkan oleh tingginya tingkat imigran mencari penghidupan di Kuta. Hal itu dapat memunculkan kompleksitas persoalan kehidupan akibat semakin ketatnya persaingan bisnis, ketatnya penggunaan waktu, sempitnya ruang gerak, serta banyaknya kebisingan dan kemacetan di ruas jalan. Persoalan tersebut memberikan tekanan psikologis, baik kepada krama, krama tamiu, maupun tamiu di Desa Adat Kuta yang dapat menyebabkan menurunnya solidaritas dan kepekaan sosial. Disamping itu, sekaligus memberikan peluang kepada oknum yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindakan kejahatan. Realitas itu menjadi tantangan tersendiri bagi Desa Adat Kuta untuk tetap mampu eksis berdasarkan konsep tri hita karana dalam agama Hindu. Kondisi tersebut menarik dicermati mengingat teori postkolonial menyatakan jika terjadi pertemuan kultur, kultur yang imperior selalu dihegemoni oleh kultur superiour sehingga terjadi perubahan kebudayaan yang hebat, seperti kasus Hawaii dan kasus orang Betawi di Jakarta. Pendukung dan pelaku sosiobudaya Desa Adat Kuta tampak lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan tourist (penikmat) dan tamiu yang ada di Kuta. Keadaan tersebut sangat potensial dapat memudarkan budaya dan tradisi keagamaan krama Desa Adat Kuta. Pemertahanan suatu kebudayaan dan kehidupan agama di suatu daerah termasuk di dalamnya Desa Adat Kuta tidak terjadi secara otomatis dan alami, tetapi melalui suatu usaha dan proses, yakni pendidikan. Demikian juga pemertahanan suatu kebudayaan menimbulkan dampak tidak saja kebudayaan itu bertahan, tetapi juga dapat memunculkan etnosentrisme, lokalisme, dan globalisme. Ada asumsi bahwa Desa Adat Kuta mampu menangkal perubahan yang mengarah pada perubahan negatif. Krama Desa Adat Kuta juga mampu selektif dan adaptif menerima kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan asing sehingga mampu mempertahankan agama Hindu dengan tradisi keagamaannya. Dalam karya ini dibahas faktor penyebab krama Desa Adat Kuta melakukan pemertahanan agama Hindu, bentuk pemertahanan yang dilakukan, serta dampak dan makna akibat pemertahanan agama Hindu bagi pembangunan Desa Adat Kuta. Teori yang digunakan untuk membedah permasalahan tersebut adalah teori identitas, teori dekonstruksi dan teori semiotik. Pendekatan yang digunakan untuk menguraikan masalah ini bersifat kualitatif deskriptif. Sumber data primer adalah para informan, yang memahami objek penelitian, yang terkait dengan aktivitas krama Desa Adat Kuta. Sumber data sekunder berupa sumber tertulis atau dokumen yang relevan dan terkini, seperti hasil penelitian, buku-buku, jurnal ilmiah, dan artikel atau majalah yang relevan. Penentuan informan dilakukan secara purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, studi dokumen, dan studi kepustakaan. Dari hasil analisis didapatkan bahwa faktor penyebab krama Desa Adat Kuta melakukan pemertahanan agama terdiri atas faktor internal dan eksternal. Di pihak lain serta bentuk pemertahanan agama Hindu oleh Desa Adat Kuta berbasis budaya terdiri atas bentuk pemertahanan internal, yakni upaya yang dilakukan secara mandiri oleh desa adat sendiri bersama segenap krama dan organisasi sosial keagamaan di bawah Desa Adat Kuta. Bentuk pemertahanan eksternal dilakukan oleh pemerintah termasuk Kementerian Agama bekerja sama dengan lembaga terkait, seperti Parisada serta Majelis Desa Pakraman dengan melaksanakan pembinaan desa adat. Di samping itu juga partisipasi pihak swasta, seperti kegiatan lomba penjor dan banten gebogan yang dilaksanakan oleh peguyuban hotel di wilayah Kuta, pengruatan wayang sapu leger, bayuh oton oleh Yayasan Siwa Padma Bhuana, dan partisipasi Yayasan Pembangungan Desa Kuta. Adapun dampak dari pemertahanan agama oleh Desa Adat Kuta berupa dampak positif meliputi enam aspek dan dampak negatif terdiri atas empat aspek. Makna pemertahanan agama oleh krama Desa Adat Kuta meliputi (1) makna edukatif, (2) makna kerukunan hidup, dan (3) makna pelestarian budaya.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya