STRUKTUR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA DALAM TUTURAN ANAK DISLEKSIA: KAJIAN TATA BAHASA LEKSIKAL FUNGSIONAL


Oleh : Drs. Mulyono, M. Hum.
dibuat pada : 2017
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Ilmu Linguistik

Kata Kunci :
struktur sintaksis, bahasa Indonesia, anak disleksia

Abstrak :
Anak disleksia (AD) merupakan anak yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca, meskipun memiliki kecerdasan, pendidikan, dan waktu belajar membaca yang cukup. Selain itu, mereka juga mengalami kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, sistem representasional waktu dan arah, serta mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa. Sebagai anak yang mengalami defisit bahasa, AD memiliki karakteristik bahasa yang khas yang dapat diamati dari aspek struktur sintaksisnya. Penelitian ini bertujuan memerikan dan menjelaskan (1) karakteristik bahasa Indonesia dalam tuturan AD; (2) variasi unit sintaksis dalam tuturan AD; dan (3) struktur sintaksis bahasa Indonesia yang meliputi str-k, str-f, str-a, dan str-s dalam tuturan AD. Penelitian yang dirancang dalam bentuk deskriptif-kualitatif dengan pendekatan fenomenologis ini menggunakan teori tata bahasa leksikal fungsional (TLF). Lokasi penelitian berada di wilayah Gresik dan Surabaya. Data penelitian berupa klausa/kalimat yang dituturkan oleh AD secara natural. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, rekam, catat, dan pancing. Subjek penelitian adalah sembilan AD dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama, mereka berusia 8—10 tahun (Hipotesis Usia Kritis). Hasil penelitian menunjukkan AD cenderung memproduksi kalimat yang pendek-pendek, banyak pelesapan, dan terkadang salah dalam kata tugas dan pola urut kata. Dalam kasus tertentu, terdapat struktur kalimat yang biasa diproduksi oleh anak normal seusia mereka, tetapi tidak ditemukan dalam tuturan AD. Hal ini mengindikasikan bahwa AD belum menguasai semua kaidah struktur kalimat bahasa Indonesia, terutama struktur kompleks. Penelitian ini menemukan beberapa variasi unit sintaksis dalam tuturan AD. Sebagian besar berupa kalimat tak lengkap (59,61%) dan hanya 40,54% yang berupa kalimat lengkap. Pola kalimat dasar yang muncul pada tuturan AD terdiri atas FN+FV (38,66%), FN1+FN2 (26,66%), FN+FA (23,55%), FN+FP (5,78%), dan FN+FNum (4,88%). Argumen SUBJ pada kalimat berpredikat non-verba dan verba intransitif pada umumnya berada di posisi kiri predikat (kanonis), tetapi ada juga yang berada di posisi kanan predikat (nonkanonis). Struktur dengan predikat yang muncul sebelum argumen SUBJ merupakan struktur bermarkah pragmatik (pragmatically marked), yaitu struktur yang memberikan penekanan atau topikalisasi pada predikat. Struktur konstituen dalam tuturan AD dibangun oleh tujuh jenis kategori, yakni FV, FN, FD, FA, FI, FAdv, dan FP. Berdasarkan perkembangan proyeksi dari inti ke dalam proyeksi maksimalnya, dapat dinyatakan bahwa struktur konstituen pada masing-masing kategori di atas tergolong sederhana. Dari struktur internalnya, kalimat yang diproduksi oleh AD pada umumnya berupa kalimat sederhana dan memiliki derajat kompleksitas yang rendah. Bagi AD, kompleksitas struktur kalimat tidak hanya ditentukan oleh jumlah klausa atau proposisi yang terkandung dalam kalimat, tetapi juga dipengaruhi oleh jenis verba yang menjadi unsur pusat kalimat (terkait dengan jumlah argumennya, semakin sedikit argumen semakin sederhana), pola urut kata/konstituen dalam kalimat (yakni urutan kanonik lebih sederhana daripada nonkanonik), dan kedalaman sematan (embedding) dalam kalimat. Kompleksitas struktur kalimat memiliki implikasi penting dalam proses pemahaman dan produksi kalimat bagi AD. Analisis terhadap str-f menunjukkan bahwa struktur kalimat dalam tuturan AD disusun oleh fungsi argumen dan non-argumen yang meliputi fungsi SUBJ, OBJ, OBL, KOMP, dan ADJ. Analisis str-f kalimat-kalimat AD dijabarkan ke dalam entri leksikal, str-k, dan baru ke str-f. Str-f kalimat berargumen satu, baik berpredikat non-verbal maupun berpredikat verba intransitif hanya memerlukan satu argumen berfungsi SUBJ. Untuk kalimat berargumen dua, str-f menunjukkan predikat (PRED) membutuhkan dua fungsi argumen inti, yakni SUBJ dan OBJ. Untuk kalimat berargumen tiga, str-f menunjukkan PRED memerlukan tiga fungsi argumen inti, yakni SUBJ, OBJ, dan OBJ. Untuk kalimat dengan predikat verba pasif, srf-f memperlihatkan adanya PRED yang membutuhkan satu fungsi argumen inti yakni SUBJ, dan satu argumen non-inti yakni OBL.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya