Tradisi Lisan Kangkilo dalam Masyarakat Buton


Oleh : Hamiruddin Udu
dibuat pada : 2016
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Ilmu Linguistik

Kata Kunci :
tradisi lisan, kangkilo, masyarakat Buton

Abstrak :
Tradisi lisan kangkilomerupakan ritual kesucian dalam masyarakat Buton. Nilai-nilai yang ada di dalamnya dapat mewujudkan kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Akan tetapi, pengejaran terhadap hasil-hasil teknologi untuk mempermudah pencapaian kebutuhan material secara duniawi telah menjadikan tradisi ini terancam kelestariannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur wacana, refleksi paham tasawuf dan politik kekuasaan dalam fungsi dan makna,sertastrategipewarisan tradisi lisan kangkilodalam masyarakat Buton.Data dikumpulkan dengan menggunakan pendekatan etnografi dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur wacana, fungsi, dan makna tradisi lisan kangkilomemiliki keunikan tersendiri, berbeda dengan tradisi lisan lain yang pernah diteliti. Nilai-nilai di dalamnya pun diwarnai dengan sejumlah paham tasawuf dan kebijakan politik kekuasaan. Dari aspek formula misalnya, walaupun tradisi lisan kangkilomemenuhi kriteria sebagai salah satu bentuk tradisi lisan, pelaku kangkilotetap diharapkan untuk mengikuti teks lisan yang sudah diajarkan. Tidak bisa mengubah teksnya sesuai situasi dan kondisi yang ada di sekitar pelaku kangkilo berada, sebagaimana formula dalam tradisi lisan yang dikemukakan para ahli seperti Albert B. Lord. Hal tersebut terkait dengan keberadaan kangkilo sebagai ritual religius. Tradisi lisan kangkilo merupakan ritual kesucian dalam masyarakat Buton yang dipengaruhi paham tasawuf Martabat Tujuh. Masuknya pengaruh paham tasawuf dalam tradisi lisan kangkilo, telah menjadikan ritual kesucian dalam tradisi lisan kangkilo berbeda dengan dengan ritual kesucian yang dikenal dalam dunia Islam. Hal ini pula yang menjadikan tradisi lisan kangkilo sebagai penanda kebutonan orang Buton sekaligus instrumen kontrol nilai-nilai sosial budaya yang berkembang di dalam masyarakat Buton. Dari aspek makna, ajaran kesucian baik yang bersifat teosentris maupun antroposentris di dalam tradisi lisan kangkilo menuntun terciptanya kehidupan yang harmonis, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, antara manusia dengan manusia lainnya, maupun antara penguasa dan rakyatnya, serta antara manusia dengan alam semesta. Mengingat pentingnya ritual tersebut bagi kehidupan manusia, khususnya masyarakat Buton, maka tradisi lisan kangkilo diharapkan terus dipelajari dan dilaksanakan. Selanjutnya,untuk menghidupkan kembali tradisi lisan kangkilo, pewarisannya perlu mengadopsi sistem pembelajaran pendidikan formal dan memanfaatkan teknologi modern.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya