Nyanyian Rakyat Muna: Struktur, Fungsi, Makna, dan Strategi Revitalisasinya


Oleh : Aderlaepe, S.S., M. Hum.
dibuat pada : 2016
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Ilmu Linguistik

Kata Kunci :
kau-kaudara, lagu ngkodau, kabhanti, nyanyian rakyat, dan masyarakat Muna.

Abstrak :
Nyanyian rakyat Muna (disingkat NRM) adalah nyanyian tradisional yang didendangkan oleh masyarakat Muna (disingkat MM) di Sulawesi Tenggara dalam kehidupan sehari-hari. Secara garis besarnya, NRM digolongkan ke dalam tiga jenis, yakni: (1) kau-kaudara, (2) lagu ngkodau, dan (3) kabhanti. Ketiganya dibedakan dari irama lagu dan temponya, bentuk teksnya, dan pilihan katanya. Nyanyian kau-kaudara berirama menyerupai lagu cha-cha dan bertempo agak cepat, teksnya berbentuk puisi, dan menggunakan kata-kata seputar dunia hewan, permainan, dan non-sense ‘tidak bermakna’. Nyanyian lagu ngkodau berirama seperti irama lagu pop dan bertempo lambat. Teksnya berbentuk puisi lirik dan menggunakan kata-kata kebaharian, lingkungan, dan fenomena alam. Nyanyian kabhanti berirama seperti lagu country dan bertempo sedang. Teksnya berbentuk pantun karmina dan menggunakan kata-kata kebaharian, lingkungan, dan fenomena alam. Penelitian ini didesain secara deskriptif kualitatif. Data primer diambil dengan menerapkan teknik observasi, wawancara, rekam dan catat, sedangkan data sekunder diambil melalui studi dokumen. Instrumen pengambilan data lapangan adalah pedoman wawancara, kartu data, walk man, dan kamera digital, serta peneliti sendiri sebagai instrumen utama. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teori struktural, teori fungsi, teori semiotika, dan teori estetika. Struktur NRM terbangun melalui satuan-satuan lingual yang membentuk satu kesatuan yang utuh, terdiri atas satuan bentuk (disebut struktur luar/fisik) dan satuan arti (disebut struktur dalam/batin). Struktur luar/fisik (surface structure) mencakup irama, diksi, majas dan gaya bahasa, citraan, dan rima; sedangkan struktur dalam/batin (deep structure) mencakup tema dan amanat. NRM memiliki fungsi-fungsi positif bagi MM, yaitu: (1) media hiburan, meliputi pelipur lara dan pelepas lelah; (2) media pendidikan; (3) media ekspresi; (4) untuk menidurkan dan menimang anak; (5) pembangkit semangat; (6) pengiring tarian dan permainan anak; serta (7) sarana penyembuh. NRM juga memiliki makna atau pesan, yaitu: (1) makna pedagogis, meliputi (a) kejujuran, (b) keikhlasan, (c) kesabaran, (d) kesantunan, (e) sikap apresiatif, dan (f) disiplin; (2) makna sosiologis, meliputi (a) persatuan, (b) harapan keberhasilan, dan (c) cinta tanah air; (3) makna religius; dan (4) makna estetis. Sejak akhir abad XX, NRM telah mengalami degradasi sehingga perlu direvitalisasi baik di ranah formal, non-formal, maupun informal. Strategi revitalisasi NRM di tiga ranah tersebut adalah: (1) memasukkan NRM sebagai materi Mulok; (2) menggelar festival seni budaya tradisional setiap tahun; (3) membentuk lembaga budaya dan sanggar NRM; (4) mengemas NRM ke dalam industri kreatif dan menjadikannya sebagai produk wisata, serta (5) mendendangkan NRM dan membiasakan anak berbahasa Muna di dalam rumah.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya