Analisis Komodifikasi Seni Pertunjukan Pariwisata Bali Agung-The Legend of Balinese Goddesses


Oleh : Gede Suardana
dibuat pada : 2017
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Kajian Budaya

Kata Kunci :
mitos pernikahan Jayapangus dan Kang Cing Wei, komodifikasi, hybrid, pariwisata budaya

Abstrak :
Pariwisata Bali mengalami perkembangan dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangannya ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan, bertambah dan beragamnya akomodasi wisata, daya tarik wisata, dan atraksi wisata. Perkembangan pariwisata menyebabkan semakin banyak seni pertunjukan yang bersifat komersial dan profit oriented. Salah satu pertunjukan komersial adalah seni pertunjukan pariwisata bertajuk Bali Agung – The Legend of Balinese Goddesses (Bali Agung – Legenda Dewa-Dewi Bali), kisah tentang mitos pernikahan Jayapangus dan Kang Cing Wei. Penelitian ini mengkaji komodifikasi seni pertunjukan pariwisata Bali Agung yang memfokuskan pada tiga persoalan, yaitu: bagaimana proses produksi, distribusi dan konsumsi, serta implikasinya terhadap pariwisata budaya Bali. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik obervasi, wawancara, dan studi dokumen. Permasalahan dianalisis menggunakan teori komodifikasi, teori semiotika, dan teori pariwisata budaya. Hasil penelitian menunjukkan tiga hal sebagai berikut. Pertama, komodifikasi seni pertunjukan pariwisata Bali Agung tampak pada proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Proses produksi diawali dengan pemilihan mitos pernikahan Jayapangus dan Kang Cing Wei sebagai inti cerita pertunjukan karena memiliki daya tarik bagi wisatawan. Dalam proses penggarapannya terjadi negosiasi ide dan gagasan antara seniman Bali dan Barat. Kedua, proses distribusi dengan melakukan promosi melalui penyebaran iklan pada media konvensional dan media sosial. Iklan pada kedua media tersebut menayangkan bahasa, gambar, dan video. Promosi bertujuan untuk menarik minat wisatawan menyaksikan seni pertunjukan pariwisata Bali Agung. Ketiga, komodifikasi berimplikasi, yaitu terciptanya seni pertunjukan pariwisata hybrid yang mengandung unsur budaya Bali, Cina, dan Barat. Bali Agung kini menjadi ikon seni pertunjukan pariwisata yang modern, canggih, kolosal, dan spektakuler. Terjadinya praktik seni pseudotradisional di mana pertunjukan menampilkan seni tradisi yang nilai kesakralannya telah dihilangkan atau semu. Terjadi desakralisasi mitos pernikahan Jayapangus dan Kang Cing Wei dari yang bersifat sakral menjadi profan. Desakralisasi terjadi pada unsur cerita, tokoh, dan pementasan.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya