Situasi Kebahasaan pada Guyub Tutur di Kawasan Perbatasan Tetun-Dawan di Kabupaten Malaka dan Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur


Oleh : Gregorius Sudaryono
dibuat pada : 2017
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Ilmu Linguistik

Kata Kunci :
situasi kebahasaan, ranah, dan pilihan bahasa

Abstrak :
Penelitian ini mengkaji situasi kebahasaan pada guyub tutur di kawasan perbatasan Tetun-Dawan di Kabupaten Malaka dan Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan tujuan: (1) memaparkan situasi kebahasaan pada guyub tutur di kawasan perbatasan Tetun-Dawan, (2) menjelaskan pilihan bahasa pada guyub tutur di kawasan perbatasan Tetun-Dawan, dan (3) menguraikan faktor-faktor yang memengaruhi pilihan bahasa pada guyub tutur di kawasan perbatasan Tetun-Dawan. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik untuk mengkaji masalah yang berbeda. Sebagai sumber data, penelitian ini menggunakan 100 responden yang terdiri atas 50 responden guyub tutur Tetun, dan 50 responden guyub tutur Dawan. Teknik pengumpulan data menggunakan metode pengamatan, surve, kuesioner, wawancara, diskusi kelompok terarah, rekam, dokumentasi, dan teknik catat. Analisis data menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Kajian dilakukan berdasarkan aspek kebahasaan, sosial budaya, pilihan bahasa, ranah penggunaan bahasa, sikap bahasa, aspek politik bahasa, dan ekonomi bahasa. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa guyub tutur Tetun dan Dawan memiliki sikap positif bukan hanya terhadap BT dan BD, melainkan juga BI. Sikap positif penutur terhadap BT dan BD menunjukkan upaya pemertahanan bahasanya sebagai lambang identitas etnis, dan menempatkan BI sebagai bahasa nasional. Kedua anggota guyub tutur itu dikondisikan untuk menguasai, dan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian sesuai dengan ranah penggunaanya. Penutur dikondisikan menggunakan BT dan BD pada ranah keluarga, ketetanggaan, dan adat, sedangkan BI digunakan pada ranah pendidikan, keagamaan, dan pemerintahan. Situasi kebahasaan itu mengisyaratkan pada pilihan bahasa yang mengarah pada peristiwa diglosia, alih kode, campur kode, silang kode, dan interferensi bahasa. Pilihan bahasa dan ragamnya dilatarbelakangi oleh faktor sosial dan budaya yang menempatkan BT dan BD sebagai sistem lambang atau kode, sistem tingkah laku budaya, dan sistem pragmatik. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sikap positif penutur terhadap bahasanya bukan hanya dalam dimensi loyalitas bahasa, melainkan juga politik bahasa, dan ekonomi bahasa. Dengan demikian, situasi kebahasaan menunjukkan bahwa penutur telah menempatkan bahasa sebagai orientasi instrumental dan integratif.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya