Industrialisasi Seni Kriya pada Era Globalisasi di Kecamatan Tegallalang Gianyar Bali


Oleh : I Nyoman Sila
dibuat pada : 2016
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Kajian Budaya

Kata Kunci :
Industrialisasi, Seni Kriya, Globalisasi, Pemangku Kepentingan, Permainan Modal

Abstrak :
ABSTRAK Seni kriya sebagai budaya rakyat dibuat oleh perajin dengan menggunakan keterampilan tangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk keperluan upacara keagamaan yang memiliki nilai-nilai estetis. Industrialisasi pada seni kriya proses pengerjaannya tidak lagi sepenuhnya menggunakan keterampilan tangan, namun dibantu dengan mesin dan diproduksi secara massal. Rumusan masalah penelitian adalah mengapa terjadi industrialisasi seni kriya di Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali; bagaimana para pemangku kepentingan berperan untuk memainkan kekuasaan dalam Industrialisasi seni kriya di Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali; dan bagaimana implikasi industrialisasi seni kriya tersebut pada perajin setempat dan benda-benda seni kriya yang ditampilkannya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif perspektif cultural studies. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Teknik analisis data secara deskriptif kualitatif melalui tahapan semiotik, dekonstruksi, dan penyusunan etnografi. Teori yang digunakan adalah teori Globalisasi, teori Praktik Sosial, teori Kuasa, dan teori Estetika Postmodern. Hasil penelitian menunjukkan, (1) alasan terjadinya industrialisasi seni kriya, karena adanya berbagai kebutuhan bahwa seni kriya sebagai budaya rakyat tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun berkembang menjadi industri budaya yang diproduksi dengan mesin secara massal untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, (2) Peran pemangku kepentingan memainkan kekuasaan melalui modal yang dimiliki, seperti keluarga perajin sebagai produksi, desa pakraman, pemerintah daerah dan provinsi, lembaga formal, serta konsumen mancanegara membuat seni kriya sebagai produk industri, dan (3) Implikasi pada perajin membuat diversifikasi pada seni kriya dan munculnya lima idiom estetik seni kriya postmodern, yaitu pastiche, parodi, kitsch, camp, dan skizoprenia. Temuan baru penelitian ini adalah (1) Industrialisasi seni kriya terjadi di Tegallalang karena adanya pergerakan manusia dari satu negara ke negara lain sebagai wisatawan dan lainnya, sehingga banyak membutuhkan produk-produk seni kriya sebagai cinderamata atau diperdagangkan. Temuan ini dapat dimengerti berdasarkan teori Appadurai tentang Globalisasi, adanya aliran global, yakni: ethnoscape, technoscape, mediascape, finanscape, dan ideoscape. (2) Peran para pemangku kepentingan dalam memainkan kekuasaan dapat dimengerti berdasar-kan teori praktik sosial Bourdieu melalui permainan modal-modal, yaitu: modal budaya, modal sosial, dan modal ekonomi. (3) Implikasinya adalah terjadinya diversifikasi seni kriya yang memunculkan estetika posmodern. Berdasarkan teori Baudrillard dunia posmodern sebagai dunia yang dicirikan oleh simulasi.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya