IDENTIFIKASI PATOGEN PENYAKIT AKAR PUTIH PADA TANAMAN CENGKEH (SYZYGIUM AROMATICUM L.) DAN PENGENDALIAN SECARA HAYATI


Oleh : Drs. I Wayan Suanda, SP.,M.Si
dibuat pada : 2017
Fakultas/Jurusan : Fakultas Pertanian/Ilmu Pertanian

Kata Kunci :
identifikasi molekuler, penyakit akar putih, S. commune, T. asperellum, antibiosis

Abstrak :
Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum L.) merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. salah satu penyakit yang menyerang tanaman cengkeh di Desa Unggahan, Kecamatan Seririt, dan Desa Busungbiu, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, adalah penyakit akar putih yang pertama kali ditemukan pada tahun 2011. Tanaman cengkeh mati mendadak dengan gejala daun layu, kering dan gugur. Pada akar tanaman terdapat rizomorf jamur berwarna putih. Berbagai upaya dilakukan untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran patogen penyakit akar putih diantaranya eradikasi, kultur teknis dan penggunaan fungisida kimia sintetis, tetapi tidak memberikan hasil yang memuaskan. Perlu dilakukan penelitian tentang spesies patogen penyakit akar putih dan pengendalian dengan musuh alam yang melibatkan mikroorganisme yang bersifat antagonis. Isolasi patogen penyakit akar putih dari tanaman cengkeh sakit dilakukan secara in vitro dilanjutkan uji postulat Koch. Pengamatan akar cengkeh yang terinfeksi patogen (kontrol) dengan metode mikroteknik tampak miselia patogen berwarna putih menempel di permukaan jaringan epidermis akar dan masuk ke jaringan kortek menuju jaringan empulur (pith) akar. Patogen diisolasi kembali untuk identifikasi morfologi secara makroskopis dan mikroskopis serta identifikasi molekuler dilanjutkan dengan analisis filogeni, sehingga didapat patogen penyakit akar putih pada tanaman cengkeh yaitu Schizophyllum commune. Isolasi mikroba antagonis dari rizosfer dan endofit akar tanaman cengkeh dan duwet tanpa gejala penyakit, mendapatkan 37 isolat jamur yang terdiri dari: 32 isolat Trichoderma spp., 3 isolat Aspergillus spp., 1 isolat Penicillium sp. dan 1 isolat Fusarium sp. Isolat yang memiliki daya hambat >80% dijadikan kandidat antagonis, sehingga mendapatkan 5 (lima) isolat Trichoderma spp. yaitu: isolat (BK2), (BD1), (MB1), (JB1) dan (LC2). Pengujian daya hambat 5 isolat kandidat antagonis terhadap luas koloni patogen menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% (P<0,05) menggunakan RAL secara in vitro dan Trichoderma sp. isolat JB1 paling kuat yaitu 90,11%. Pertumbuhan tinggi bibit cengkeh, jumlah daun, berat basah akar, berat kering akar dan populasi Trichoderma spp. menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap kontrol menggunakan RAK secara in vivo di rumah kaca, dianalisis secara kuantitatif menggunakan Analysis of Varian (ANOVA). Nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan isolat JB1 serta penurunan intensitas penyakit mencapai 98,33%. Identifikasi morfologi Trichoderma sp. isolat JB1 dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Identifikasi molekuler menggunakan daerah internal transcribed spacer (ITS), dilanjutkan analisis filogeni, sehingga didapat antagonis yaitu Trichoderma asperellum. Berdasarkan pengamatan ultra struktur dengan teknik SEM, hifa antagonis mendegradasi hifa patogen, sehingga strukturnya tidak utuh, maka mekanisme pengendalian T. asperellum yaitu: antibiosis.

File :
, Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka Halaman belakang lainnya ,