Marginalisasi Tari Kontemporer dalam Pesta Kesenian Bali


Oleh : I Nyoman Cerita, SST., MFA.
dibuat pada : 2017
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Kajian Budaya

Kata Kunci :
Pesta Kesenian Bali, Marginalisasi, Tari Kontemporer, multikulturalisme, dan hegemoni

Abstrak :
ABSTRAK Tari kontemporer merupakan karya tari baru yang pola penggarapannya bertitik tolak kepada unsur-unsur budaya modern dan global yang dikemas dalam nuansa kekinian. Sebagai karya tari eksploratif yang menekankan kebebasan berkreativitas, tari kontemporer memiliki ruang yang besar untuk hidup dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman kekinian. Secara teoretis tari kontemporer diciptakan melalui cipta, karsa, dan rasa yang merupakan bagian dari kebudayaan serta lahir pada zaman kekinian seharusnya dapat berfungsi penting untuk membangun dinamika pembaharuan di dalam program Pesta Kesenian Bali (PKB).Tetapi berdasarkan data empiris baik secara implisit maupun eksplisit dalam PKB empat tahun terakhir, yaitu: 2013, 2014, 2015, dan 2016 terdapat unsur-unsur kekuasaan dan hegemoni di dalam program seni pertunjukannya, sehingga terjadi marginalisasi pada tari kontemporer. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang, bentuk-bentuk, makna dan implikasi marginalisasi tari kontemporer dalam PKB pada perioda dimaksud dari perspektif kajian budaya. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan teori-teori secara ekklektik, yaitu: teori hegemoni oleh Gramsci, kekuasaan/pengetahuan dari Foucault, dan estetika oleh Piliang. Hasil penelitian menunjukkan suatu fenomena ironis bahwa, tari kontemporer yang lahir pada zaman masyarakat kontemporer yang ditandai oleh derasnya pengaruh globalisasi, seperti; teknologi, telekomunikasi, informasi dan sains serta didukung oleh era reformasi dari tahun 1998. Kehadirannya belum diterima oleh masyarakat Bali baik formal maupun nonformal. Secara genealogis, perkembangan tari kontemporer di tengah-tengah dominasi tari tradisional penuh dengan rintangan serta berbagai wacana dekonstruktif sehingga menjadi stigma di dalam kehidupan sosiokultural masyarakat Bali. Dalam hal ini masyarakat dominan (tradisional) yang didukung oleh kekuasaan, kebijakan dan birokrasi pemerintah menghegemoni melalui visi dan misi PKB, termasuk tema, kriteria, rancangan program dan seluruh prangkat pendukungnya, membuat aktivitas dan kreativitas para seniman kontemporer terpasung. Marginalisasi tari kontemporer dalam demensi makna berimplikasi terhadap dinamika perkembangan seni budaya Bali dalam prinsip keuniversalannya, sebagai budaya yang supel dan fleksibel, akulturatif, adaptif dalam multikulturalisme. Selalu terbuka terhadap pengaruh dari budaya luar, namun tetap berpijak pada nilai-nilai dan jatidiri. Marginalisasi tari kontemporer dalam PKB empat tahun terakhir merupakan proses pemaknaan terhadap hakikat tari kontemporer dalam kehidupan sosiokultural masyarakat Bali yang masih kuat dan kokoh dengan nilai-nilai tradisionalnya. Dalam perjuangannya terhadap kekuatan hegemoni PKB empat tahun terakhir untuk merebut ruang makna sebagai bagian dari kebudayaan. Berjuang untuk merebut emansipasi dan kesetaraan, kedudukan yang sama terhadap eksistensinya di dalam seni pertunjukan Bali. Perjuangan tersebut terus berlanjut, baik secara orisontal maupun vertikal.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya