BAHASA DAN BUDAYAKE-DUE-AN PADA GUYUB TUUR SABU RAIJUA DALAM PERSPEKTIF EKOLINGUISTIK


Oleh : Lanny Isabela Dwisyahri Koroh, S.Pd., M.Hum.
dibuat pada : 2017
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Ilmu Linguistik

Kata Kunci :
Bahasa, lingkungan, pemetaan.

Abstrak :
Kesemestaan bahasa telah lama menjadi objek yang menarik untuk ditelaah secara ilmiah dan filosofis sejak zaman Plato dan Aristoteles, yang ketika itu telah mengakomodasikan pandangan bahwa bahasa sebagai wahana untuk menelaah dan mengungkapkan fenomena mengenai hakikat manusia beserta dunia sekitarnya (Ricoeur, 2003:229). Bahasa merupakan salah satu bagian dari kebudayaan. Penyusutan bahasa dapat mengakibatkan hilangnya warisan leluhur dalam bentuk verbal atau teks-teks lisan. Peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian ini dengan harapan dapat mengangkat kembali, mendokumentasikan leksikon-leksikon yang berhubungan dengan lontar yang telah lama tidak digunakan lagi oleh generasi muda Sabu-Raijua, dan sekaligus sebagai sarana pemanfaatan atau penunjang ekonomi kreatif bagi masyarakat atau guyub tutur Sabu-Raijua. Penelitian ini menggunakan metode kerja lapangan. Jenis penelitian dalam penelitian ini menerapkan metode deskripti-kualitatif. Penelitian ekolinguistik ini menjadikan bahasa dan budaya serta lingkungan alam suatu guyub tutur sebagai objek penelitian. Penelitian ini bukan saja untuk mendapatkan atau menemukan makna persoalan social budaya lewat pure interpretation, yakni memburu makna melalui interaksi sosial. Tetapi juga dalam penelitian ini terdapat interpretive evaluation, peneliti pesanan yang berusaha membuat kebijakan tertentu dan atau ingin merekomendasikan sesuatu yang sifatnya pragmatik (Denzin,1990:22). Ekolinguistik merupakan suatu kajian yang tidak saja hanya berperan penting pada krisis ekologi, tetapi juga ekolinguistik merupakan suatu kajian yang yang terlibat langsung dengan krisis budaya, krisis mental juga psikis suatu guyub tutur yang kemudian dapat berdampak pada krisis bahasa pada guyub tutur tersebut. Sebagai tugas utama ekolinguistik yaitu melihat bahagaimana hubungan bahasa dan lingkungan yang ada disekitarnya. Dalam kajian ekolinguistik tidak saja melihat fungsi bahasa berperan dalam kehidupan manusia, tetapi juga berperan pada kehidupan spesies lain. Selain penerapan tridimensi yang dipaparkan Lindo dan Bundsgaard (2000:11) yaitu dimensi ideologis, dimensi sosiologis, dan dimensi biologis, dalam hal ini melihat persepsi orang Sabu dalam tuturan ke-due-an, terdapat pula dimensi lain yang wajib menjadi rujukan dalam melihat persepsi orang Sabu terhadap lontar yaitu persepsi ekologis dan dimensi kosmologis. Dimensi ekologis dan dimensi kosmologis menjadi ruang dalam memandang keutuhan representasi perserpsi orang Sabu dalam tuturan ke-due-an. Penerapan lima dimensi merupakan suatu keutuhan dalam melihat persepsi guyub tutur Sabu tentang lontar. Selain penerapan lima dimensi tersebut, pemetaan ekoleksikal fungsional merupakan salahsatu bagian penting dari kajian ekolinguistik.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya