Konstruksi Klausa Verbal Bahasa Ciacia: Kajian Tipologi Sintaksis


Oleh : Drs. La Yani, M.Hum
dibuat pada : 2018
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Ilmu Linguistik

Kata Kunci :
tipologi sintaksis, predikasi dan struktur argumen, valensi dan perubahan valensi, diatesis, aliansi gramatikal, nominatif-akusatif

Abstrak :
Penelitian dan kajian tentang tipologi bahasa Ciacia (BC) dalam berbagai aspek kebahasaan, belum pernah dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang menitikberatkan kajiannya pada tipologi khususnya tipologi sintaksis. Bahasa Ciacia merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini memfokuskan kajiannya pada lima masalah pokok, yakni (1) bagaimanakah konstruksi dasar klausa verbal BC? (2) bagaimakah konstruksi predikasi dan sruktur argumen dalam klausa verbal BC?, (3) bagaimanakah konsruksi predikat sederhana dan predikat kompleks dalam klausa verbal BC? (4) bagaimanakah valensi dan mekanisme perubahan valensi dalam konstruksi klausa verbal BC? (5) bagamanakah konstruksi kalimat kompleks dan sistem aliansi gramatikal BC? Data penelitian berupa data lisan yang diperoleh melalui metode dan teknik perekaman dan elisitasi. Sementara, data tulis penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya. Selain itu, guna memenuhi kebutuhan data, penelitian ini juga menggunakan data buatan selanjutnya diverifikasi kepada informan. Data penelitian ini dengan menggunakan metode agih (distribusional). Penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Penelahaan terhadap konstruksi dasar klausa menunjukkan bahwa konstruksi klausa verbal BC selalu diisi oleh pemarkah subjek dan aspek (PS/A) yang melekat pada verba PRED. Struktur dasar klausa verbal BC dapat dibagi atas klausa yang berpredikat verbal dan non-verbal. Predikat klausa nonverbal dapat dibentuk melalui kategori nomina dasar dan adjektiva dasar. Predikat klausa verbal dapat diisi verbal dasar intransitif, verba dasar ekatransitif, ditransitif, dan ambitransitif. Kedua konstruksi klausa verbal BC selalu dilekati PS/A, baik disertai afiks maupun tidak. Konstruksi klausa verbal BC memiliki tata urut SUBJ+VERB+OBJ sebagai konstruksi dasar dan memiliki struktur turunan berupa konstruksi pasif kanonis dan pasif pengedepanan pelaku. Predikasi dan struktur argumen dalam konstruksi klausa verbal BC dapat diklasikasi atas klausa verbal (i) intransitif dengan satu argumen inti berupa SUBJ dan secara semantis sebagai A atau OBJ; (ii) semitransitif dengan satu argumen inti sebagai A/ACT dan dengan kehadiran kehadiran argumen OBJ secara opsional; (iii) ekatranstif dengan dua argumen inti, yakni SUBJ sebagai A/ACT dengan satu argumen OBJ sebagai UND, (iv) ditransitif dengan tiga argumen inti, yakni SUBJ sebagai A/ACT sebelum PRED dan dua argumen setelah PRED, berupa OTL dan OL; (v) ambitransitif dengan satu argumen inti berupa SUBJ, baik sebagai Sa maupun sebagai So. Valensi dan ketransitifan verba dalam konstruksi klausa verbal BC terbagi atas (i) valensi dan ketransitifan verba intransitif dengan satu argumen atau verba bervalensi satu; (ii) verba semitransitif dengan satu argumen sebelum verba dan kehadiran argumen setelah verba PRED secara opsional; (iii) transitif dengan mewajibkan kehadiran OBJ setelah verba PRED sehingga memiliki dua argumen inti atau verba dengan valensi dua berupa SUBJ dan OBJ; (iv) ditransitif dengan tiga argumen inti atau verba bervalensi tiga, yakni SUBJ sebelum verba PRED dan OTL dan OL setelah verba PRED; (v) ambitransitif dengan hanya satu argumen inti atau bervalensi satu berupa SUBJ sebagai O/UND (klausa verbal intransitive) yang berkoreferensi dengan konstruksi lainnya berupa klausa verbal transitif dengan dua argumen inti atau bervalensi dua. Konstruksi klausa verbal BC dapat diisi verba PRED sederhana dan verba PRED kompleks. Predikat sederhana yang dibentuk verba asal/dasar intransitif dan kategori bukan verba, verba semitransitif, dan verba transitif yang disertai PS/A. Predikat kompleks yang dibentuk melalui verba (i) turunan intransitif yang dibentuk dari verba dasar transitif dan intransitif dengan sejumlah afiks. (ii) Verba turunan semitransitif yang dibentuk dari verba dasar semitransitif dan sejumlah afiks. (iv) Verba turunan transitif yang dibentuk dari verba dasar transitif dan intransitif dengan afiks {pi-} dan {po-}, afiks {piko-}, afiks {-aso} ‘KAU-BEN’ dengan sejumlah verba dasar intransitif dan transitlif, serta kategori bukan verba (nomina dasar dan adjetiva dasar). Mekanisme perubahan valensi dalam konstruksi klausa verbal BC dapat dilakukan melalui pengausatifan formal dan pengausatifan semantik, pengaplikatifan, dan peresultatifan. Dalam pengausatifan formal, BC mengenal pengausatifan (1) leksikal, (2) morfemis, dan (3) analitik. Pengausatifan secara leksikal dalam BC dibentuk dari verba dasar transitif-KAU sebagai PRED. BC memiliki sejumlah afiks yang berperan dalam proses pengausatifan secara morfemis, baik melalui prefiks, prefiks rangkap, sufiks, maupun gabungan dari beberapa afiks yang melekat pada verba dasar (intransitif-transitif), nomina dasar, dan adjektiva dasar. Pengausatifan analitik, BC juga membutuhkan kehadiran beberapa afiks, seperti prefiks rangkap {piko-} ‘buat jadi’, prefiks {po-/pa-} ‘suruh/beri’ dan pengausatifan melalui konjungsi hulanomo ‘karena/sebab’ dalam konstruksi kordinatif. Pengausatifan semantik, BC memiliki pengausatifan sejati dan pengausatifan permisif serta pengausatifan langsung dan pengausatifan tidak langsung. Pengausatifan sejati dalam BC ditunjukkan melalui verba intransitif atau kategori lainnya nonkausatif dengan sejumlah afiks KAU, sementara dalam pengausatifan permisif, konstruksi klausa pertama (pengausatifan sejati) menjadi bagian dalam konstruksi pengausatifan permisif (dalam bentuk klausa) sekaligus sebagai tersebab/akibat dari klausa yang dinyatakan oleh verba turunan KAU tadhaaso ’biarkan’. Pengausatifan secara langsung dalam BC dinyatakan dengan afiks KAU/BEN {pika-…-aso} yang melekat pada sejumlah verba dasar intransitif (nonkausatif), pengaustifan secara tidak langung dibentuk dari verba dasar transitif tanpa afiks KAU dan verba dasar intransitif dengan afiks KAU. Melalui proses pengaplikatifan, BC memiliki sejumlah afiks berupa sufiks yang berperan dalam proses pengaplikatifan. Afiks-afiks tersebut melekat pada verba (dasar) intransitive (nonkausatif). Afiks yang melekat pada kategori bukan verba hanya ditemukan pada sufiks {-aso}. Melalui proses pengurangan/penurunan jumlah argumen atau valensi dalam BC dapat dilakukan dengan pemasifan dan peresultatifan. Dalam proses pemasifan, BC memiliki pemarkah pasif {-e/-isie}. Dalam proses peresultatifan, BC memiliki pemarkah resultatif {ci-} dengan tetap mempertahankan PS/A dan tidak memiliki argumen A/ACT. BC juga mengenal sejumlah afiks yang selalu melekat pada verba KAU lalu membentuk konstruksi intransitif sehingga terjadi penurunan jumlah argumen atau valensi. BC memiliki diatesis aktif-pasif dalam bentuk konstruksi aktif, kostruksi pasif kanonis, dan konstruksi pasif pengedepanan pelaku. Dalam konstruksi aktif, terdapat sejumlah afiks seperti {–wi}, {–wisi}, {-ciwi}, {-ie}, {-si}, {-pi}, {–ki}. dan {-aso} jika dilekatkan pada verba dasar intransitif (termsuk kategori bukan verba) dapat membentuk konstruksi aktif (ekatransitif). Konstruksi aktif merupakan konstruksi dasar sementara konstruksi pasif kanonis dan pasif pengedepanan pelaku sebagai konstruksi turunan. Selain itu, BC juga mengenal pemarkah pasif PP bentuk klitik berupa {-au}, {-sami}, {-so}, {-simiu}, dan {-e} dan pasif nondiatesis yang dimarkahi dengan afiks {ci-}. Berdasarkan pembahasan dan sejumlah pengujian klausa dalam konstruksi koordinatif dapat dikemukakan bahwa secara sintaksis BC memperlakukan S sama dengan A dan perlakuan yang berbeda dengan O/P (S=A ≠ O/P). BC dapat dikelompokkan ke dalam bahasa yang memiliki pivot S/A. Sistem aliansi gramatikal tersebut menunjukkan bahwa secara sintaksis BC merupakan bahasa yang berkencenderungan bertipologi nominatif-akusatif. Temuan lainnya dalam disertasi ini berupa pasif PP bentuk klitik dan pasif nondiatesis. BC juga mengenal konstruksi ambitransitif. Terdapat konstruksi ditransitif dengan dua argumen setelah verba PRED yang tidak dapat dipasifkan jika argumen OTL berciri [-insan/-bernyawa].

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya