Kuasa di Balik Harmoni: Etnografi Kritis Relasi Etnis Tionghoa dan Etnis Bali di Desa Pupuan, Tabanan, Bali


Oleh : I Gusti Made Aryana
dibuat pada : 2016
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Kajian Budaya

Kata Kunci :
Kuasa, Harmoni, Etnografi kritis, Relasi Etnis Tionghoa dan Etnis Bali, Etnopedagogik, Desa Pupuan

Abstrak :
Hubungan harmonis antarkedua etnis yang berbeda di Desa Pupuan dibuktikan dengan adanya perkawinan lintas etnis dan etnis Tionghoamenjadi krama desa pakraman, bahkanjuga memiliki tempat suci layaknya etnis Bali, serta melaksanakan ritual (odalan) bernuasa Hindu. Perilaku yang kurang lazim dan sangat paradoks dengan kondisi di luar Bali.Fenomena sosial tersebut menarik dan penting didekonstruksidari perspektif kajian budaya, di tengah-tengah munculnya gejala disintegrasi bangsa dan kerapuhan rasa persatuan bangsa.Berdasarkan latar belakang tersebut, adatiga masalah yang dikaji, yaitu (1) mengapa etnis Tionghoa dan etnis Bali di Desa Pupuan, Tabanan, Bali dapat hidup berdampingan secara harmonis?; (2) bagaimana dinamika kuasa di balik hubungan harmonis dalam kehidupan etnis Tionghoa dan etnis Bali di Desa Pupuan?; dan (3) bagaimana model pendidikan yang dilakukan oleh etnis Tionghoa dan etnis Bali di Desa Pupuan dalam menciptakan hubungan yang harmonis dari perspektif etnopedagogik? Metode penelitian yang digunakan, yaitu metode deskriptif kualitatif berpendekatan etnografi kritis. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi serta dianalisis dengan model analisis interaktif. Beberapa teori yang digunakan, di antaranya Teori Praktik Bourdieu, Teori Diskursus Kekuasaan/Pengetahuan Foucault, Teori Pendidikan Habermas dan teori lainnya yang relevan dan digunakan secara eklektik. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa (1) berbagai alasan yang menyebabkan hubungan yang harmonis antaretnis, karena ada permainan kuasa dan modal yang dimainkan, baik oleh etnis Bali maupun etnis Tionghoa. Etnis Bali menggunakan modal kuasa melalui nilai-nilai kearifan lokal, seperti THK, Tat Twam Asi, Penyamabrayaan, dan sebagainya. Sementara itu, etnis Tionghoa menggunakan modal ekonomi dan sosialnya untuk mengimbangi hegemoni/dominasi etnis Bali. (2) dinamika kuasa di balik harmonis itu menunjukkan bahwa dalam relasi antaretnis di Desa Pupuan terjadi dinamika yang dinamis dan bersifat mencair, akibat adanya permainan kuasa (kekuasaaan) dari pihak internal (lokal) maupun eksternal (nasional) yang dapat dilihat, baik dari aspek keagamaan/keyakinan, aspek politik, aspek sosial budaya, dan aspek sosial ekonomi, dan (3) model pendidikan etnopedagogik yang ditumbuhkembangkan dengan menggunakan berbagai media, seperti organisasi sosial kemasyarakatan, aktivitas sosial dalam bentuk ngayah dan ngoupin, permainan tradisional, mesatua, dan ritual budaya di ruang publik.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya