Hegemoni dan Kontra Hegemoni dalam Pengembangan Kawasan Wisata Bawomataluo, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara


Oleh : Dermawan Waruwu
dibuat pada : 2017
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Kajian Budaya

Kata Kunci :
hegemoni, kontra-hegemoni, pengembangan, daya tarik wisata, kawasan wisata, Bawomataluo.

Abstrak :
ABSTRAK Kawasan Bawomataluo di Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara terdapat daya tarik wisata alam dan budaya yang unik. Daya tarik wisata budaya berupa ratusan rumah adat, atraksi lompat batu, tari-tarian tradisional, situs megalitik, dan hasil kerajinan. Daya tarik wisata alam berupa panorama alam yang indah karena didukung dengan posisinya di atas bukit, sekitar 324 meter dari permukaan laut. Keunikan daya tarik wisata ini kurang berkembang karena konflik kepentingan antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat. Setiap stakeholder ini melakukan praktik hegemoni dan praktik kontra-hegemoni dalam rangka pengembangan kawasan wisata Bawomataluo. Oleh sebab itu, masalah penelitian ini, yaitu: (1) bagaimana praktik hegemoni dalam pengembangan kawasan wisata Bawomataluo? (2) bagaimana praktik kontra-hegemoni dalam pengembangan kawasan wisata Bawomataluo? (3) bagaimana implikasi praktik hegemoni dan praktik kontra-hegemoni dalam pengembangan kawasan wisata Bawomataluo? Dalam menyelesaikan masalah ini digunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian budaya. Peneliti melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi secara langsung untuk mendapatkan data yang lengkap. Penelitian ini dikaji dan dianalisis menggunakan teori hegemoni, teori kekuasaan/pengetahuan, dan teori praktik. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji sejauhmana praktik hegemoni dan praktik kontra-hegemoni serta implikasinya dalam pengembangan kawasan wisata Bawomataluo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pemerintah dan aparatusnya melakukan praktik hegemoni melalui wacana dalam pengembangan, kontrol dalam regulasi pembiayaan, kekuasaan DPRD dalam mempolitisasi APBD, kebijakan bupati dalam mengubah dinas pariwisata dan kebudayaan, serta kewenangan kepala desa menerapkan Peraturan Desa Nomor 3 Tahun 2015; (2) masyarakat Bawomataluo melakukan kontra-hegemoni terhadap kebijakan pemerintah, terhadap perubahan dan fungsi cagar budaya, dan terhadap aktraksi kepariwisataan; (3) praktik hegemoni dan kontra-hegemoni ini berimplikasi dalam pengembangan pariwisata nasional, peningkatan pendapatan asli daerah, eksistensi tokoh adat, dan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Penelitian ini ditemukan tiga hal penting, yaitu: pertama, praktik hegemoni dan praktik kontra-hegemoni terjadi dalam pengembangan kawasan wisata Bawomataluo; Kedua, praktik hegemoni dan praktik kontra-hegemoni berimplikasi dalam pengembangan kawasan wisata Bawomataluo; ketiga, teori hegemoni, teori kekuasaan/pengetahuan, dan teori praktik dapat menganalisis serta memberi solusi terhadap praktik hegemoni maupun praktik kontra-hegemoni ini. Dengan demikian, setiap stakeholder diharapkan agar berkerja sama dalam pengembangan kawasan wisata Bawomataluo tanpa praktik hegemoni maupun praktik kontra-hegemoni demi pelestarian seni budaya dan kesejahteraan masyarakatnya.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya