Kajian Komparatif Wacana Kearifan Lokal Cerita Rakyat Bali Aga dan Ainu Jepang


Oleh : IDA AYU LAKSMITA SARI
dibuat pada : 2018
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Ilmu Linguistik

Kata Kunci :
cerita rakyat, sastra bandingan, wacana kearifan lokal, Bali Aga SCTPB, etnik Ainu Jepang

Abstrak :
Masyarakat Bali Aga di Bali Utara dan Ainu di Jepang Utara merupakan penduduk asli yang sama-sama memiliki kekayaan cerita rakyat sebagai wahana penerusan kearifan lokal. Penelitian ini mengkaji secara komparatif wacana kearifan lokal dalam cerita rakyat Bali Aga, khususnya lima desa yaitu Sidatapa, Cempaga, Tigawasa, Pedawa, dan Banyuseri (SCTPB), dengan cerita rakyat Ainu Jepang. Analisis difokuskan pada tiga wacana kearifan lokal yang muncul dominan yaitu sistem kepercayaan kepada Tuhan, sistem relasi sosial, dan pelestarian alam. Data penelitian diambil dari cerita rakyat yang sudah terbit, arsip perpustakaan, dan rekaman. Metode dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan penelitian lapangan. Teori yang digunakan adalah teori antropologi sastra, semiotika, dan sastra bandingan. Penelitian menyimpulkan bahwa cerita rakyat Bali Aga dan Ainu Jepang sama-sama intens menarasikan kearifan lokal khususnya wacana tentang sistem kepercayaan kepada Tuhan atau dewa (kamui), relasi sosial dalam ranah keluarga dan masyarakat, serta wacana pelestarian alam. Perbedaannya terletak pada bentuk dan isi narasi. Dalam hal bentuk, cerita Bali Aga menyajikan narasi dalam alur yang sederhana atau linier, sedangkan cerita rakyat Ainu alurnya lebih kompleks dan cerita-ceritanya lebih panjang daripada cerita Bali Aga. Untuk isi narasi, cerita rakyat Bali Aga menyajikan kisah dalam konteks lokal Bali Aga, sedangkan cerita rakyat Ainu menyajikan kisah dalam konteks lokal Ainu. Dalam wacana sistem kepercayaan, cerita-cerita Bali Aga melukiskan kemahakuasaan Tuhan dan memberikan kekayaan atau kesejahteraan kepada manusia dan bisa mencabutnya kembali ketika manusia tersebut loba. Dalam cerita Ainu, kemahakuasaan kamui ditekankan pada kekuatannnya dalam memberikan perlindungan dari wabah penyakit atau bencana alam. Dalam melukiskan relasi sosial, cerita rakyat Bali Aga menekankan pada pentingnya kesejahteraan keluarga, sedangkan dalam cerita Ainu Jepang penekanannya pada pentingnya anak sebagai penerus keturunan. Dalam menarasikan wacana pelestarian alam, cerita rakyat Bali Aga menekankan bahwa sanksi bagi manusia yang mengeksploitasi alam dijatuhkan oleh dewa atau makhluk gaib, sedangkan sanksi sama dari cerita Ainu dijatuhkan oleh dewa pohon atau alam itu sendiri. Meskipun berbeda, pesannya sama-sama menekankan pentingnya manusia memuja Tuhan atau kamui, membangun keharmonisan dengan sesama manusia dan dengan alam. Penelitian ini merumuskan tiga temuan. Pertama, wacana kearifan lokal dalam cerita rakyat kedua masyarakat sama-sama mencerminkan nilai-nilai Tri Hita Karana, tiga nilai harmoni sumber kebahagiaan dalam filsafat Hindu. Walaupun konsep THK tidak dikenal oleh etnik Ainu seperti halnya di Bali Aga, tetapi karena cerita mereka menekankan pentingnya kepercayaan pada Tuhan (parhyangan), harmoni sosial (pawongan), dan pelestarian alam (palemahan), dapat ditegaskan bahwa cerita rakyat mereka sama-sama mengandung nilai-nilai THK. Kedua, cerita rakyat Bali Aga dan Ainu sama-sama menunjukkan bahwa mereka adalah masyarakat yang terbuka dalam relasi dan pengaruh masyarakat dan budaya lain, tetapi tetap berhasil menjaga identitas masing-masing. Ketiga, temuan istilah mitabel, digunakan untuk menyebutkan cerita tentang dewa, tidak sepenuhnya mite dan cerita tentang binatang, tetapi tidak sepenuhnya fabel.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya