Strategi Pengembangan Berbasis Kinerja dan Tingkat Kepentingan Serta Nilai Ekonomi Taman Soekasada Ujung Sebagai Heritage Tourism di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.


Oleh : DEWA AGUS YUDA ARIAWAN
dibuat pada : 2018
Fakultas/Jurusan : Fakultas Pariwisata/Pariwisata

Kata Kunci :
strategi pengembangan, heritage tourism dan nilai ekonomi bangunan ber- sejarah total

Abstrak :
Taman Soekasada Ujung (TSU) di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali merupakan salah satu destinasi wisata bangunan bersejarah selain Taman Tirta Gangga. Kunjungan terhadap TSU belum mampu masuk dalam 10 (sepuluh) besar daya tarik wisata (DTW) di Bali seperti: Tanah Lot, Uluwatu, Ulun Danu Beratan, Kebun Raya Eka Karya, Penelokan Batur, Tirta Empul, Taman Ayun, Bali Safari and Marine Park, Goa Gajah dan Bali Zoo Park. Pemerintah perlu mencari alternatif sebagai strategi pengembangan berbasis persepsi dan ekspektasi serta nilai ekonomi pada Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism. Berdasarkan pada kondisi di atas, maka penelitian ini difokuskan pada empat rumusan masalah: (1) bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap nilai sosiokultural yang dimiliki oleh Taman Soekasada Ujung sebagai heritage di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali?, (2) bagaimanakah persepsi wisatawan terhadap dimensi-dimensi Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali?, (3) berapakah nilai ekonomi total yang dimiliki oleh Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism dari perspektif wisatawan di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali?, (4) bagaimanakah strategi pengembangan berbasis persepsi dan ekspektasi dari dimensi-dimensi Taman Soekasada Ujung sebagai heritage tourism di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali?. Penelitian dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif (dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, FGD dan IPA) dan pendekatan kuantitatif (dengan pengumpulan data melalui survei dan penyebaran angket yang berisi biaya perjalanan dan kesediaan untuk membayar). Pendekatan kualitatif berlandaskan pada teori generatif, sedangkan pendekatan kuantitatif menggunakan teori valuasi ekonomi. Informan dan jumlah sampel kuota sebanyak 125 dengan teknik purposive dan accidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) persepsi masyarakat terhadap TSU sebagai heritage masih positif sampai sekarang yang dimaknai dengan tercermin dari nilai sosiokultural seperti nilai histori, nilai sosial, nilai spiritual/agama, nilai kultural/simbolik dan nilai estetika (2) persepsi wisatawan terhadap dimensi-dimensi TSU sebagai heritage tourism dipersepsikan nyata dengan kategori penting pada dimensi DTWW, BS, AS dan DTWA serta DTWB dan FS dipersepsikan tidak nyata dengan kategori netral, (3) nilai ekonomi bangunan bersejarah total (total economic historical building value, TEHBV) dari persepektif wisatawan sebesar ± 1,9 triliun pada tahun 2017, (4) strategi pengembangan berbasis persepsi dan ekspektasi dari hasil FGD dan IPA adalah: (a) pelestarian DTWW melalui program melestarikan bangunan bersejarah/nilai arkeologi, lukisan- lukisan/kesenian, arsitektur dan keaslian, (b) peningkatan DTWB melalui program seni/musik/tarian, desa budaya, kerajinan tangan, suvernir/oleh-oleh, dan festival/events dan berbagai kegiatan, (c) peningkatan penunjang FS melalui program: cafetaria, toko-toko dan kamar kecil/toilets, (d) strategi peningkatan BS melalui program: keramahan, pengetahuan, keprofesian, dan bantuan panduan, (e) peningkatan AS melalui program: keselamatan, biaya masuk, pusat informasi dan aksesibilitas, dan (f) pelestarian DTWA melalui program: pemandangan alam, lanskap/bentang daratan, kegiatan kehidupan hewan liar, serta iklim dan cuaca.

File :
Cover , Lembar Pengesahan , Daftar Isi, Abstrak, BAB I , BAB II , BAB III , BAB IV , BAB V , Daftar Pustaka , Halaman belakang lainnya