Studi Pemetaan Kawasan Wisata dan Konstruksi Destinasi Wisata Berbasis Masyarakat Lokal Dalam Rangka Pengembangan Sumber Pendapatan Pada Destinasi Wisata Kintamani Kabupaten Bangli


Oleh : Dewa Nyoman Budiana
dibuat pada : 2016
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ekonomi dan Bisnis/Sarjana Ekonomi

Kata Kunci :
Penelitian Destinasi Wisata Kintamani

Abstrak :
Destinasi wisata Kintamani merupakan salah satu potensi kawasan wisata yang sangat potensial sebagai penghasil devisa dan sumber penerimaan pendapatan asli daerah kabupaten Bangli pada tahun 1980-an, yang kemudian menurun drastis pada era persaingan pariwisata setelah tahun 2000. Meskipun demikian, penetapan wilayah Kintamani oleh Unesco tahun 2012 sebagai warisan dunia Kitamani geopark, menimbulkan harapan baru untuk membangkitkan kembali destinasi wisata Kitamani yang pernah menjadi primadona tujuan wisata internasional dimasa tahun 1980-an tersebut. Berdasarkan potensi kawasn Kintamani tersebut, penelitian ini membangun pengembangan model destinasi wisata dalam kerangka model pariwisata berbasis kerakyatan yaitu community-based tourism yang saat ini teah berkembang di pelbagai negara berkembang, termasuk Thailand dan Malaysia yang telah mengadopsi model community-based tourism sebagai model pengembangan bisnis kepariwisataan berbasis kerakyatan sebagaimana teah dilaporkan oleh (Reduan et al , 2005) Keberhasilan dalam menggerakkan potensi kepariwisataan berbasis kerakyatan adalah terkait dengan upaya membangun kebersamaan melalui penataan trust, kebersamaan dalam membangun network bersama untuk mendapatkan akses informasi dalam rangka pengembangan destinasi wisata dalam kerangka memperbaiki kesejahtraan rakyat. Sejumlah indikasi antara lain budaya dan adat Bali teklah membedikan indikasi akan potensi social kemasyarakatan better together sebagaimana telah berhasu dikembangkan pada masyarakat Italia ( Putnam, 1993). Putnam (1993) merumuskan social capital berkaitan dengan tiga komponen utama yaitu, (a) network, (b) trust, serta (c) adalah norma. Ketiga komponen modal social tersebut dinyatakan sebagai inti dari komponen social capital. Hasbullah (2006) mengembangkan social capital dari Putnam (1993) menjadi sebanyak enam komponen yaitu antata lain (a) kemampuan seseorang untuk melibakan diri dalam jaringan masyakat dilakukan atas dasar sukarela (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom) dan keadaban (civility). (b) Kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri (reciprocity). Semangat membangun kebersamaan atas dasar altruism. (c) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan (trust). (d) adalah norma sosial yaitu melalui terbentuknya sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu. Penelitian ini melakukan studi pengembangan model persepsi masyarakat, kesiapan penguaha lokal, serta peran modal social yang diharapkan dapat menggerakkan kembali destinasi wisata Kintamani menjadi bangkit kembali, melalui pola pengemangan destinas berbasis community-based tourism (CBT).