KEKUATAN DAN KEPADATAN TULANG SAPI BALI YANG DIPELIHARA MASYARAKAT DI BALI: MIKROANATOMI TULANG DAN KANDUNGAN MINERAL TULANG (KALSIUM DAN POSFOR)


Oleh : Dr. Drh. I WAYAN BATAN, M.S.
dibuat pada : 2018
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran Hewan/Sarjana Pendidikan Dokter Hewan

Kata Kunci :
Kata-kata kunci: sapi bali; kekuatan tulang; berat jenis tulang, histologi tulang, mineral tulang

Abstrak :
Sapi bali (Bos bibos banteng) kerap mengalami patah tulang (fraktura) tulang metakarpale di kaki depan dan tulang femur atau tulang tibia-fibula di kaki belakang. Harga jual sapi bali yang mengalami patah tulang sangat murah sehingga sangat merugikan masyarakat peternak. Penelitiam ini bertujuan mengungkap kekuatan dan kepadatan tulang sapi bali yang ikut menjadi penentu terjadinya patah tulang. Guna mengungkap kekuatan tulang sapi bali, unsur-unsur yang perlu didalami antara lain: kepadatan tulang, ketebalan kortikal tulang, diameter tulang, ketahanan tulang terhadap tekanan, gambaran histologi tulang, dan kandungan mineral utama tulang yakni kalsium dan posfor. Pada tahun pertama dilakukan penelitian mengenai kepadatan tulang, ketebalan kortikal tulang, diameter tulang dan ketahanan tulang terhadap tekanan. Pada tahun ke dua dilakukan penelitian histologi tulang dan mengukur kandungan mineral tulang seperti kalsium dan posfor. Untuk mengetahui kepadatan tulang dilakukan dengan mengukur berat jenis tulang, ketebalan kortikal tulang ,dilakukan dengan cara membelah tulang dengan menggergaji tulang femur dan tulang tibia secara memanjang, kemudian diukur ketebalan dinding silinder tulang dengan menggunakan kaliper. Penelitian tersebut dilakukan di Lab Penyakit Sapi Bali FKH Unud. Pengukuran ketahanan tulang terhadap tekanan dilakukan dengan cara membebani tulang dengan suatu bobot tertentu, hingga tulang patah atau retak, dan diukur pada pembebanan berapa tulang mengalamai patah. Penelitian daya tahan tulang dilakukan di Lab Material dan Struktur, Fakultas Teknik Unud. Pemeriksaan histologi tulang dilakukan di Lab Patologi, Balai Besar Veteriner Denpasar. Jaringan tulang yang disiapkan direndam dengan asam nitrat 2-3 hari dan selanjutnya diproses untuk pembuatan sediaan histologi dengan mesin tissue processor. Terhadap sediaan histologi itu dilakukan pengamatan terhadap rasio sel-sel osteoblas dengan osteoklas. Pemeriksaan kadar kalsium dan posfor tulang dilakukan di Lab Analitik Unud. Tulang dipanaskan hingga membubuk menjadi abu, untuk selanjutnya diukur kadarkalsium dan posfor. Diharapkan dari penelitian ini diperoleh gambaran kekuatan tulang sapi bali yang belum banyak dilaporkan, sehingga dapat memberi rekomendasi unjtuk perbaikan manajemen pemeliharaan sapi bali. Hasil penelitian ini akan dipublikasikan pada jurnal ilmiah internasional atau jurnal ilmiah terakreditasi nasional.