Reaksi radang sistemik infeksi Streptococcus sp pada anak babi pasca sapih di Kabupaten Badung
Oleh : Dr. Drh. Ida Bagus Oka Winaya, M.Kes.
dibuat pada : 2020
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran Hewan/Profesi Dokter Hewan
Kata Kunci :
anak babi pasca sapih, Streptococcus sp, reaksi radang
Abstrak : Reaksi Radang Sistemik Infeksi Streptococcus Sp pada Babi Pasca Sapih di Kabupaten Badung 1Ida Bagus Oka Winaya, 2Putu Suastika 1Laboratorium Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan,2Laboratorium Histologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Denpasar Bali. ABSTRAK Streptococcosis merupakan penyakit yang menyerang hewan mamalia yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus sp. Hingga saat ini telah diketahui adanya beberapa serogroup dari Streptococcus seperti Streptococcus group A, B, C, D dan V. Sedangkan Streptococcus equi subsp zooepidemicus dikelompokkan ke dalam Streptococcus group C (SGC) dan Streptococcus suis masuk kedalam streptococcus group D (SGD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon radang sistemik infeksi Streptococcus sp pada babi pasca sapih di kabupaten Badung. Wabah Streptococaal meningitis yang pernah terjadi di Bali tahun 1994 penyebabnya diketahui sebagai Streptococcus zooepedemicus dan menimbulkan ribuan kematian pada ternak babi dan monyet. Kematian ratusan ekor babi di Puncak Jaya Papua pada tahun 2006 disebabkan oleh Streptococcus suis stipe 2. Infeksi S. suis stipe 2 pada anak babi dapat menyebabkan meningitis, arthritis purulent dan septikemia. Sedangkan pada manusia klinis yang signifikan berupa meningitis, septikemia, sepsis shock, endocarditis, pneumonia dan arthritis. Kejadian meningitis yang menyerang beberapa orang di kabupaten Badung Bali tahun 2017 diduga disebabkan oleh Streptococcus babi. Tingginya angka kematian akibat wabah Streptococcosis menimbulkan kerugian secara ekonomi ditambah adanya ancaman zoonosis yang membahayakan kehidupan peternak babi. Penelitian ini menggunakan metode observasional cross sectional. Penentuan penderita Streptococcosis ditentukan berdasarkan presumptive diagnosis yaitu dengan melihat gejala klinis (meningitis dan artritis), umur penderita dan perubahan patologi anatomi. Survey untuk mendapatkan anak babi pasca sapi penderita diperoleh dari peternakan rakyat yang tersebar di Kabupaten Badung. Sampel berbagai organ kemudian difiksasi dalam netral buffer formalin 10%, di dehidrasi menggunakan berbagai konsentrasi alkohol, dimasukkan kedalam mesin tissue processor dan diwarnai dengan hematoksilin-eosin (HE). Rencana penelitian ini sangat penting untuk dilakukan terkait dengan program unggulan Fakultas Kedokteran Hewan dan Rencana Induk Penelitian (RIP) Universitas Udayana tahun 2017-2021 dengan fokus studi pada sapi Bali, babi Bali dan anjing Kintamani. Program pencegahan dan terapi juga akan dapat dirancang pasca dilakukannya penelitian ini. Untuk menghindari letupan wabah Streptococcosis pada ternak babi dapat dilakukan beberapa upaya seperti menghindari keadaan stress pada babi pasca sapih, melakukan vaksinasi secara rutin dan berkesinambungan, pemberian terapi antibiotika dengan dan tuntas jika ditemukan gejala Streptococcosis untuk menghindari babi bertindak sebagai carrier.