POTENSI EKSTRAK DAUN AWAR-AWAR (Ficus septica Burm.f) UNTUK MENGENDALIKAN JAMUR PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH-BUAHAN LOKAL BALI


Oleh : Dr. Sang Ketut Sudirga, S.Si., M.Si.
dibuat pada : 2016
Fakultas/Jurusan : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/Sarjana Biologi

Kata Kunci :
Antraknosa, fungisida nabati, efektivitas, formulasi, ekstrak tumbuhan.

Abstrak :
ABSTRAK Buah merupakan salah satu sumber bahan pangan yang wajib dikonsumsi oleh tubuh manusia karena di dalam buah terdapat beberapa unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan garam mineral. Buah yang baik dikonsumsi adalah buah yang memiliki kualitas baik yaitu buah yang sehat, segar dan bergizi. Kualitas buah dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu faktor internal tanaman seperti faktor genetik dan faktor eksternal seperti faktor kesuburan tanah. Kualitas buah juga ditentukan oleh faktor pasca panen buah seperti waktu panen, penyimpanan dan pengangkutan buah. Disamping itu kualitas buah sangat ditentukan oleh faktor hama dan penyakit yang menyerang tanaman buah-buahan. Hama dan penyakit pada buah-buahan lokal masih merupakan penyebab utama kegagalan panen, maka usaha untuk mengendalikan sangat perlu dilakukan. Penyakit antraknosa pada buah-buahan lokal merupakan penyakit yang paling sering ditemukan. Penyakit antraknosa selain mengakibatkan penurunan kualitas buah juga dapat merusak nilai estetika pada buah-buahan lokal. Serangan patogen ini dapat terjadi baik sebelum maupun setelah panen. Penurunan hasil akibat penyakit antraknosa pada buah-buahan lokal dapat mencapai 50 persen atau lebih (Semangun, 2004). Menurut Suhardi (1989) kerusakan akibat penyakit antraknosa dapat mencapai 65 persen. Selama ini pengendalian penyakit antraknosa masih bertumpu pada penggunaan fungisida sintetis. Penggunaan fungisida sintetis secara terus menerus dapat mengakibatkan timbulnya resistensi patogen, mencemari lingkungan dan berbahaya bagi konsumen. Pencemaran oleh pestisida tidak saja pada lingkungan pertanian tapi juga dapat membahayakan kehidupan manusia dan hewan dimana residu pestisida terakumulasi pada produk-produk pertanian dan pada perairan (Sa’id, 1994). Berdasarkan hal tersebut perlu dicari alternatif pengendalian penyakit antraknosa pada buah-buahan lokal dengan memanfaatkan tanaman yang berpotensi sebagai fungisida nabati yang tidak berbahaya bagi konsumen maupun lingkungan. Hasil penelitian Wijayakusuma (1992) dan Kartasapoerta (2004), menunjukan bahwa tanaman sirih, brotowali, nimba, laos, dan gadung dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Menurut Nurmansyah (1997), banyak tanaman yang berpotensi sebagai pestisida nabati yang berpotensi untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman. Aspek penelitian : Penelitian meliputi 2 tahap pengujian yaitu pengujian tahap I lebih ditekankan pada isolasi dan identifikasi jamur penyebab penyakit antraknosa pada buah-buahan lokal. Pengujian tahap II lebih ditekankan pada uji aktivitas antijamur ekstrak daun awar-awar yang berpotensi sebagai fungisida nabati. Adapun target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk fungisida nabati , yang ramah lingkungan, tepat guna, dengan pembiayaan yang murah, mudah diterapkan terutama oleh para petani maupun masyarakat lainnya untuk mencegah kerusakan hasil panen dan produk lainnya yang terkontaminasi oleh jamur Colletotrichum spp.