Penyusunanan Kriteria-Kriteria Desa Wisata sebagai Instrumen Dasar Pengembangan Desa Wisata


Oleh : Dr. I Nyoman Sukma Arida, S.Si., M.Si.
dibuat pada : 2017
Fakultas/Jurusan : Fakultas Pariwisata/Sarjana Pariwisata

Kata Kunci :
desa wisata, kriteria, pengembangan desa wisata

Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejumlah persoalan yang ada dalam pengembangan desa wisata, khususnya di Bali. Sebagaimana diketahui, pemerintah pusat, melalui Kementrian Pariwisata Kabinet Kerja telah menetapkan program pengembangan desa wisata menjadi salah-satu agenda prioritas. Propinsi Bali memperoleh kesempatan mengembangkan 100 desa wisata baru dengan dukungan pendanaan dari APBN hingga tahun 2018. Tentu saja ini sebuah peluang yang tidak boleh disia-siakan. Namun, di balik peluang tersebut pengembangan desa wisata yang selama ini berlangsung masih dihadapkan pada sejumlah persoalan. Pertama, persoalan belum adanya kriteria desa wisata yang bersifat standard yang bisa dijadikan acuan manakala melakukan pemetaan terhadap desa-desa wisata. Kedua, belum adanya model pengembangan desa wisata yang dapat berfungsi sebagai cetak biru (blue print), khususnya dalam hal pengembangan kelembagaan lokal, yaitu pengelola desa wisata. Pengaruh pengelola an desa wisata dalam menjamin kesuksesan pengembangan desa wisata memang teramat vital. Absennya dua hal tersebut, membuat pengembangan desa wisata menjadi tersendat dan terkesan berjalan alakadarnya. Penelitian Hibah Bersaing ini hendak mencoba mengkaji dua persoalan tersebut melalui sebuah riset exploratif-campuran kuantitatif dan Kualitatif (Mix Method). Melalui metode survei akan coba discoring dan dirumuskan kriteria-kriteria desa wisata dengan menyerap sejumlah kriteria desa wisata dari sejumlah desa wisata yang telah mapan. Selanjutnya, pada tahap berikutnya, penelitian ini berupaya menggali pola pengembangan desa wisata yang telah berjalan melalui serangkaian observasi, wawancara mendalam, dan Fokus Grup Diskusi (FGD). Output dari proses tahap kedua tersebut adalah dihasilkannya model pengembangan desa wisata yang dapat dijadikan panduan bersama dalam mengembangkan desa-desa wisata baru. Wawancara dilakukan di beberapa desa wisata yang telah dipilih yang berada dalam cakupan wilayah penelitian. Selanjutnya data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk laporan secara deskriptif. Proses penelitian hingga tahapan penyusunan laporan akan berlangsung selama dua tahun.