AKTIVITAS Alanin Aminotransferase (ALT) DAN Aspartat Aminotransferase (AST) SAPI BALI TERINFEKSI FASCIOLA GIGANTICA YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN PESANGGARAN DENPASAR


Oleh : Drh. Anak Agung Gde Oka Dharmayudha, MP.
dibuat pada : 2017
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran Hewan/Sarjana Pendidikan Dokter Hewan

Kata Kunci :
ALT, AST, Fasciola gigantica, infeksi cacing

Abstrak :
Kejadian kasus Fascioliosis pada sapi disebabkan oleh Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica (Soulsby,1982). Pada kasus akut ditemukan adanya pembendungan dan pembengkakkan hati, permukaan hati biasanya akan mengalami perdarahan titik (ptechie) serta kantong empedu dan usus mengandung darah. Pada kasus kronis, biasanya terjadi penebalan dinding saluran empedu dan pengerasan jaringan hati (serosis hati). Pada saluran empedu biasanya dapat ditemukan parasit cacing bahkan seringkali terdapat batu empedu (Ardana, 2015). Maka dari itu perlu dilakukan Test fungsi hati. Dimana test fungsi hati merupakan sekelompok test darah untuk mengukur enzim atau protein tertentu di dalam darah. Tes fungsi hati umumnya digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai, dan memantau penyakit atau kerusakan hati (Dufour, 2000., Lee, 2003). Jika terjadinya peningkatan aktivitas ALT dan AST itu menandakan adanya kerusakan di dalam hati sehingga enzim yang terdapat di mitokondria keluar sel menuju darah. Menurut Doxey (1971), pada ruminansia kadar ALT lebih rendah dari pada AST sehingga pada kerusakan hati sering menyebabkan kadar AST serum lebih tinggi, sedangkan ALT hanya sedikit. Kadar dari AST pada serum sapi dapat dipakai sebagai pegangan untuk mendiagnosa kerusakan hati akibat infeksi cacing, sedangkan kadar ALT tidak signifikan untuk kasus ini (Sison, 1979).