Faktor Predisposisi Yang Mendorong Laki-laki Terlibat Dalam Aktivitas Seksual Sesama Jenis


Oleh : Made Diah Lestari, S.Psi.,M.Psi., Ph.D
dibuat pada : 2016
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran/Sarjana Psikologi

Kata Kunci :
HIV-AIDS, Laki-laki, Perilaku Seksual

Abstrak :
Sampai dengan akhir Desember 2015, jumlah kumulatif kasus HIV-AIDS yang tercatat di layanan kesehatan Provinsi Bali adalah sebanyak 13.366 kasus. Data menunjukkan proporsi terbesar kasus adalah laki-laki dengan cara penularan tertinggi melalui hubungan heteroseksual disusul melalui hubungan homoseksual di peringkat berikutnya (Dinkes Provinsi Bali, 2015). Data ini bertentangan dengan pendapat Diamond (dalam Lehmiller, 2014) yang menyebutkan bahwa laki-laki pada dasarnya lebih tertarik pada lawan jenis, perempuan sebaliknya. Hal ini mengakibatkan perempuan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami variasi perilaku dan ketertarikan seksual. Jumlah kumulatif kasus HIV-AIDS pada laki-laki dengan penularan lewat hubungan seksual sesama jenis mencapai 206 kali dibandingkan dengan kasus pada perempuan, bahkan penularan biseksual pada laki-laki 47 kali lipat dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan ini dikarenakan hubungan seksual sesama jenis pada laki-laki lebih berisiko. Berdasarkan situasi epidemiologi HIV-AIDS di Provinsi Bali, penelitian menggali faktor predisposisi yang mendorong laki-laki untuk terlibat pada aktivitas seksual sesama jenis. Faktor yang diteliti adalah persepsi terhadap tingkat maskulinitas dan femininitas, toleransi jarak intim dengan laki-laki, ketertarikan fisik terhadap sesama jenis, dan kecenderungan perilaku seksual sesama jenis. Penelitian kuantitatif ini menggunakan skala persepsi maskulinitas, skala persepsi femininitas, dan skala kecenderungan perilaku seksual sesama jenis. Toleransi jarak intim dengan laki-laki dan ketertarikan seksual dengan laki-laki akan diukur melalui pendekatan eksperimen yang menghadirkan model peraga. Subyek berjumlah 200 laki-laki yang berada pada rentang usia dewasa di Denpasar. Analisis menggunakan structural equation modeling. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan usaha preventif penularan HIV-AIDS melalui hubungan sesama jenis.