Stigma terhadap keluarga dan penderita gangguan jiwa


Oleh : Yohanes Kartika Herdiyanto, S.Psi., M.A.
dibuat pada : 2016
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran/Sarjana Psikologi

Kata Kunci :
Stigma, keluarga, penderita gangguan jiwa

Abstrak :
Kesehatan adalah kebutuhan dasar individu. Tanpa kesehatan yang prima, individu akan kesulitan untuk mencapai berbagai harapan dan impiannya. Taraf kesehatan masyarakat juga menjadi salah satu indikator penting yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Kesehatan tak hanya terkait dengan kesehatan fisik semata, namun juga kesehatan jiwa. Penyakit fisik disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri maupun penurunan fungsi tubuh yang kesemuanya lebih mudah untuk diamati. Gangguan jiwa disebabkan ketidakstabilan fungsi psikososial individu, walaupun ada pula yang terkait dengan ketidakberfungsian organ fisik atau neurologis tertentu. Kesehatan jiwa lebih sulit untuk diamati sehingga sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari masyarakat, bahkan yang berkecimpung di dunia kesehatan sekalipun. Masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa penyakit jiwa tidak dapat digolongkan menjadi jenis penyakit, namun lebih pada ketidaknormalan, perilaku yang tak senonoh dan memalukan keluarga, disebabkan oleh guna-guna, menurun serta menular (Subandi & Utami, 1996; Setiawati, 2012). Akibatnya, perlakuan yang diberikan oleh keluarga dan masyarakat bagi orang dengan gangguan jiwa pun cenderung tidak tepat seperti melakukan pengobatan menggunakan pendekatan magis, menjauhi, bersikap tak peduli, mengucilkan, dan bahkan memasung agar tak mengganggu orang lain (Lestari & Wardhani, 2014). Stigma yang disandang oleh keluarga dan penderita gangguan jiwa semakin memperburuk keadaan karena akan membuat keluarga dan penderita terkucil dan sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa yang memadai (Thoits, 2011). Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui stigma yang diterima oleh keluarga dan penderita gangguan jiwa serta dampaknya bagi kesejahteraan hidupnya. Pendekatan kualitatif-fenomenologi dengan menggunakan teknik pengumpulan data in-depth interview semi terstruktur, observasi, serta Focus Group Discussion terhadap keluarga dan penderita gangguan jiwa serta masyarakat yang memiliki variasi jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lokasi tempat tinggal digunakan untuk mendapatkan data penelitian ini. Data tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan teknik theoretical coding dan disajikan menjadi tema-tema kunci yang diharapkan mampu menjawab pertanyaan penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan scientific guideline bagi promosi kesehatan mental di komunitas.