KONSTRUKSI POLA PENYELAMATAN BALI DALAM MENGHADAPI KONDISI KRISIS PARIWISATA


Oleh : I Wayan Darsana, S.S., M. Par.
dibuat pada : 2017
Fakultas/Jurusan : Fakultas Pariwisata/Sarjana Industri Perjalanan Wisata

Kata Kunci :
Krisis, Pariwisata, Bali.

Abstrak :
Pariwisata Bali bila dikaitkan dengan siklus perkembangan pariwisata (tourism life cycle), sudah tentu mengalami fluktuasi dalam pertumbuhannya. Dari tahapan siklus tersebut, salah satu posisi yang perlu mendapat perhatian serius adalah kondisi krisis pariwisata. Adapun ciri-ciri yang menjadi aspek dalam krisis pariwisata adalah: aspek keamanan (terorisme), isu kesehatan, lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Apabila kondisi ini tidak mendapat upaya penanganan preventif dan represif sesegera mungkin, maka eksistensi keberlanjutan pariwisata Bali (Bali tourism sustainability) menjadi terancam ke depannya. Berkaitan dengan hal tersebut yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui potensi krisis pariwisata Bali, dan (2) Menyusun konstruksi pola penyelamatan Bali dalam menghadapi kondisi krisis Pariwisata. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat yaitu: di Kabupaten Badung dan di Kota Denpasar. Dipilihnya kedua Kabupaten tersebut karena dipandang lebih mapan dari aspek fasilitas, aksesbilitas, sebaran atraksi, dan pengelolaan kepariwisataan bila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya yang ada di Bali. Ada 4 (empat) cara yang digunakan untuk pengumpulan data, yaitu: (1) pengamatan (observation), (2) penyebaran kuesioner, (3) wawancara mendalam (in-depth interview) dan (4) studi kepustakaan (literary study). Sedangkan penentuan sampel akan mempergunakan quota sampling yaitu penentuan sampel yang didasarkan atas ciri-ciri tertentu sesuai dengan jumlah yang diinginkan. Jumlah responden yang akan diambil adalah sebanyak 75 orang. Distribusi kuota responden dikategorikan menjadi 5 (lima) bagian dari stakeholders pariwisata meliputi: pemerintah 10 orang, industri pariwisata/praktisi pariwisata 10 orang, (LSM, Akademisi dan Media) sebanyak 5 orang, masyarakat 30 orang, dan wisatawan 30 orang. Sebagai upaya untuk menjaga keakuratan data, maka akan dilakukan triangulasi data, yaitu dengan cara ditetapkannya penentuan informan yang mempergunakan cara purposive sampling. Informan akan diklasifikasi menjadi informan kunci dan pangkal. Terkait dengan teknik analisis data, ada 2 (dua) cara yang akan digunakan yaitu: (1) Untuk mengetahui potensi krisis pariwisata Bali menggunakan analisis statistik deskriptif (skala likert dengan 3 (tiga) skala: potensi tinggi, sedang dan rendah) yang ditunjang deskriptif kualitatif; dan (2) Untuk menyusun konstruksi pola penyelamatan Bali dalam menghadapi kondisi krisis Pariwisata Bali menggunakan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity dan treatment).