Model Penanggulangan Rabies Berbasis Desa Di Bali


Oleh : dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App.Bsc., Ph.D
dibuat pada : 2016
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran/Sarjana Kesehatan Masyarakat

Kata Kunci :
rabies, anjing, titer antibodi anjing, pengetahuan, sikap, praktek animal welfare

Abstrak :
Sebelum tahun 2008, Bali dinyatakan bebas rabies karena sebelumnya tidak pernah dilaporkan adanya kasus rabies pada manusia maupun hewan. Saat ini semua kabupaten di Propinsi Bali telah terjangkit rabies. Pengendalian penyakit rabies umumnya dilakukan dengan vaksinasi dan eliminasi anjing liar/diliarkan, tetapi upaya ini tidak optimal bahkan kasus rabies pada hewan dan manusia semakin meningkat dan semakin luas wilayah yang terkena penyakit rabies. Dengan mengadopsi prinsip one health, yaitu menggabungkan antara pendekatan pencegahan serta kesejahteraan pada hewan dan manusia, dilakukan suatu program intervensi berbasis pemberdayaan masyarakat yang kemudian dituangkan dalam bentuk model “Tim Rabies Desa”. Untuk menilai keberhasilan program ini maka dilakukan analisis terhadap peningkatan titer antibodi anjing, pengetahuan dan sikap masyarakat tentang rabies serta praktek animal welfare sebelum, pada saat dan setelah intervensi program pada beberapa desa yang menjadi pilot project. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran titer antibodi anjing, gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang rabies dan praktek animal welfare di Desa Tegallalang, Gianyar dan Desa Sanur Kauh, Denpasar, serta menganalisis peningkatan titer antibodi anjing, peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang rabies dan peningkatan praktek animal welfare setelah intervensi program “Tim Rabies Desa”. Dampak jangka panjang yang ingin dicapai adalah perluasan program (scalling up program) dan berkelanjutan (sustainability) dengan memasukkan program pengendalian rabies ini dalam RPJMD desa-desa lain di Bali. Titer antibodi anjing diperiksa dengan metode ELISA sedangkan data tingkat pengetahuan dan sikap tentang rabies serta praktek animal welfare diperoleh dengan kuesioner terstruktur. Sebanyak 250 responden dari 25 banjar di Desa Tegallalang, Gianyar dan Desa Sanur Kauh, Denpasar serta sampel anjing yang dipilih secara acak sistematik dijadikan subyek dalam penelitian ini. Pengajuan ethical clearance dilakukan di Litbang FK UNUD sebelum penelitian dimulai. Data anjing dan manusia akan diambil sebanyak tiga kali yaitu sebelum intervensi, beberapa saat setelah intervensi dan pada akhir intervensi program.