Efektifitas bahan terumbu karang buatan sebagai "Fish and Zooplankton Aggregation Device" di Perairan Jemeluk, Kabupaten Karangasem, Bali


Oleh : Elok Faiqoh,S.Pi.,M.Si
dibuat pada : 2017
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kelautan dan Perikanan/Sarjana Ilmu Kelautan

Kata Kunci :
Terumbu karang, ikan karang, kelimpahan zooplankton

Abstrak :
Aktivitas manusia yang semakin tinggi didaerah pesisir merupakan tekanan terhadap ekosistem laut khususnya ekosistem terumbu karang. Tekanan yang diberikan oleh lingkungannya dapat berupa pencemaran dari daratan, praktek perikanan yang merusak dan pengambilan terumbu karang ilegal. Terumbu karang di wilayah Indonesia 23% di Indonesia Bagian Barat dan 45% di Indonesia Bagian Timur berada dalam kondisi baik, berarti 60%-70% berada dalam kondisi rusak. Penanganan masalah telah diatur dalam berbagai undang-undang dan peraturan namun belum efektif. Pemerintah dan masyarakat harus menginisiasi cara pengelolaan yang lain, seperti perbaikan habitat secara buatan, salah satunya adalah pembuatan terumbu karang buatan. Tokoh masyarakat sekitar Pantai Jemeluk, menjadikan beberapa bahan seperti patung, ban bekas dan juga kerangka besi sebagai terumbu karang buatan, namun sejak diletakan pertama kali masih minimnya kajian mengenai seberapa efektivkah Terumbu Karang buatan untuk langkah dsar dari konservasi dan perehabilitasian terumbu karang. Terumbu karang tentunya akan menjadi lingkungan bagi biota laut sekitarnya, sepert tempat tinggal, tempat memijah, perlindungan hingga mencari makan. Ditinjau dari berbagai perbedaan bentuk terumbu buatan, hingga keanekaragaman aktivitas yang ada disana juga dilakukan oleh juvenile, ikan dan organisme yang berbentuk planktonic. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017 di Pantai Jemeluk. Metode tutupan karang dengan transek garis menyinggung (Line Intercept Transect). Transek garis diletakkan bentuk X diatas terumbu karang buatan. Tipe substrat dasar dicatat dengan menggunakan bentuk hidup (life form) sesuai dengan klasifikasi English et al., (1994). Semua posisi pengamatan dicatat dengan menggunakan GPS dan metode pengamatan ikan dengan sensus visual. Metode kelimpahan zooplankton digunakan menggunakan planktonnet dengan diameter 30 cm, panjang 100 cm dan ukuran mata jaring 83 ?m. Pengambilan sampel dilakukan secara vertikal, dengan memasukkan jaring secara tegak lurus hingga kedalaman dasar lalu ditarik ke atas dan diambil sampelnya. Data yang diambil selanjutnya digunakan untuk menghitung persentase penutupan karang hidup, struktur komunitas ikan karang dan kelimpahan zooplankton