KORELASI UNGKAPAN KEMARAHAN DALAM BAHASA BALI DAN BAHASA JEPANG


Oleh : Ni Putu Luhur Wedayanti, S.S.,M.HUM.
dibuat pada : 2016
Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Budaya/Sarjana Sastra Jepang

Kata Kunci :
Metafora, Ungkapan kemarahan, Bahasa Bali, Bahasa Jepang

Abstrak :
Penelitian ini dimotivasi oleh kemiripan bentuk dan makna ungkapan yang menunjukkan emosi kemarahan dalam masyarakat Bali maupun masyarakat Jepang. Hal ini menjadi menarik karena perbedaan kultur dan letak geografis tetap membawa universalitas dalam cara-cara suatu budaya mengekspresikan emosinya. Ungkapan yang hadir dan digunakan secara produktif di masyarakat merupakan representasi cara berpikir suatu masyarakat, budaya, nilai-nilai yang dipercayai oleh masyarakat tersebut. Data dikumpulkan melalui kuisioner, dengan responden adalah penutur bahasa Bali maupun bahasa Jepang yang berumur 30 tahun sampai 60 tahun sebanyak 20 orang. Penyebaran kuisioner untuk penutur bahasa Bali dilakukan di desa Awan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Sedangkan data kuisioner untuk penutur bahasa Jepang diberikan pada penutur bahasa Jepang yang ada di Bali. Data-data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan menjadi ungkapan nonmetaforis dan ungkapan metaforis. Ungkapan kemarahan metaforis kemudian dianalisis mengguankan teori metafora konseptual oleh Lakoff dan Johnson (2003) yang didukung identifikasi pemetaan metafora oleh Kövecses (1986). Peneltian ini sangat penting untuk dilakukan sebagai langkah konkrit untuk meningkatkan pemahaman antar budaya yang dapat meningkatkan bukan hanya kuantitas korespondensi kedua negara, akan tetapi juga kualitas korelasi hubungan bilateral di masa depannya. Implikasinya bahwa, dengan memahami dan menerima bahwa adanya korelasi ataupun keuniversalan dalam setiap budaya dapat mengundang ketertarikan untuk saling memahami antar budaya.